JAKARTA – persbhayangkara.id D K I
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meresmikan ruang serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho yang berada di lantai 15 Graha BNPB, Jakarta (1/8).
Peresmian dilakukan secara simbolis dengan menarik tirai oleh Kepala BNPB yang didampingi oleh Retno Utami, istri mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatinmas) Sutopo Purwo Nugroho beserta keluarga.
Peresmian ruang diinisiasi BNPB untuk memberikan apresiasi dan penghormatan tertinggi atas jasa dan dedikasi beliau terhadap penanggulangan bencana.
Usai peresmian ruang Dr. Sutopo Purwo Nugroho, acara dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada tiga insan yang dinilai memiliki kontribusi untuk negeri dalam lingkup pelestarian lingkungan dan edukasi serta mitigasi bencana.
Penerima penghargaan pertama, Reksa Utama Anindha atau “Penjaga bumi yang penuh kebijakan” ialah Mbah Sadiman. Pria berusia 63 tahun asal Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah itu sukses menghijaukan perbukitan tandus seorang diri.
Selain kini menjadi asri, hasil jerih payah Mbah Sadiman yang juga bisa dirasakan oleh warga yaitu sumber mata air alami.
Meski dalam usia senja, semangat mbah Sadiman dalam menanam segala jenis pohon selalu membara. Hal itu sudah dilakoninya sejak 1996 lalu di mana pada saat itu, Sadiman bahkan dianggap gila oleh warga sekitar ketika ia mulai menanam beberapa pohon jenis beringin.
“Dulu saya dianggap gila. Ketika yang lain menanam tanaman pangan, saya malah menanam pohon beringin. Tapi sekarang apa yang saya tanam itu bisa menghasilkan air untuk warga dan udara menjadi sejuk,” tutur Sadiman.
Bukit yang dulu gersang dan selalu mendatangkan musibah seperti banjir bandang, kekeringan hingga kebakaran lahan kini disulap menjadi hijau serta bisa dinikmati siapa saja berkat Mbah Sadiman.
Ia berharap bahwa di masa yang akan datang akan muncul ‘Sadiman-Sadiman’ baru yang peduli terhadap lingkungan untuk anak cucu kita semua.
“Kita butuh ribuan orang seperti Mbah Sadiman. Meski usia sudah 63 tahun, beliau ini masih segar bugar dan semangat untuk menanam pohon. Bahkan alasan kenapa beringin yang ia tanam, antara lain selain kuat, penyuplai air dan udara, beringin juga dipercaya ada ‘penunggunya’, jadi warga tidak berani tebang. Ini unik dan menarik,” ujar Doni Monardo disambut tawa para hadirin.
Penghargaan kedua, penghargaan khusus insan media Citra Dharma Bhakti atau “Insan dengan Pengabdian dalam bidang jurnalistik,” diberikan oleh Ahmad Arif, jurnalis media Harian Kompas atas beberapa karyanya yang berhubungan dengan kebencanaan.
Apa yang dituangkan Arif melalui tulisannya itu telah berhasil mengubah perspektif warga terhadap bencana.
Arif yang berprofesi sebagai jurnalis sejak 16 tahun lalu mulai menulis tentang pentingnya pengetahuan kebencanaan ketika ia ditugaskan meliput bencana tsunami Aceh 2004 silam.
Sepanjang mata memandang, Arif sangat tekejut dan tersentuh ketika melihat langsung begitu dahsyatnya dampak bencana tsunami di Aceh pada saat itu.
Apa yang mendorong Arif untuk kemudian fokus pada jurnalisme bencana tidak hanya datang ketika ia melihat tsunami itu yang merenggut ratusan ribu korban jiwa, tetapi juga ketika ia menyadari bahwa ada rekan sejawatnya menjadi salah satu korban.
Terlebih ketika pada saat itu literasi tentang kebencanaan masih sangat minim sekali.
Arif mulanya tidak tahu bahwa setelah gempa besar terjadi maka bisa disusul oleh tsunami.
Bahkan hampir tidak ada pengetahuan yang mendasar tentang segala bencana yang mengancam.
Oleh karena itulah ia kemudian mendedikasikan dirinya untuk mencurahkan segala energi dan pikirannya untuk memberi pengetahuan tentang kebencanaan kepada sesama.
Salah satu karya fenomenal Arif adalah Ekspedisi Cincin Api yang dia pelopori bersama media yang melambungkan namanya hingga saat ini.
Penghargaan terakhir diberikan kepada Sutopo Purwo Nugroho, sebagai sosok pahlawan kemanusiaan yang telah turut membesarkan nama BNPB.
Penghargaan Pengabdian Insan Kemanusiaan Dharma Widya Argya “Pengabdian dan jasa-jasanya dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan di bidang kebencanaan” merupakan refleksi dedikasi luar biasa di saat menderita penyakit kanker tidak menyurutkan semangatnya untuk mengabarkan kepada publik, berita kebencanaan.
Pak Topo, panggilan akrab Sutopo, selalu cepat untuk menginformasikan kepada media massa atau pun melawan berita hoaks terkait bencana melalui media sosial.
Penghargaan yang diberikan kepada Pak Topo juga sebagai refleksi dedikasi yang tinggi dalam penanggulangan bencana.
Sosok Pak topo sebagai tokoh komunikasi kemanusiaan patut untuk terus dilanjutkan.
Meskipun pak topo telah berpulang pada 7 juli 2019 lalu, namun satu pesan yang selalu disampaikan oleh beliau selalu menggaung di telinga siapapun yang mengenal beliau, di mana “Hidup itu bukan soal panjang atau pendeknya usia, namun seberapa besar kita dapat membantu orang lain”.
Usai penganugerahan tersebut, Kepala BNPB juga menjalin kerjasama dengan Bukalapak.com dalam rangka Penanggulangan Bencana.
Bukalapak sebagai salah satu toko dan retailer online terbesar di Indonesia akan mewadahi segala kegiatan penyaluran barang – barang kebutuhan tanggap darurat.
Bukalapak yang juga memiliki banyak cabang gudang terbesar di Indonesia akan memudahkan pendistribusian barang secara langsung kepada daerah terdampak bencana.
Hal ini tentunya juga meringankan beban warga terdampak bencana karena bantuan bisa dengan segera disalurkan dengan kualitas yang baik.
“Bukalapak ini juga bisa menggandeng pihak lain juga dalam melakukan Penanggulangan Bencana. Mari mengajak masyarakat kita, jangan malas. Kenali ancamannya, siapkan strateginya, mencari solusinya, siap untuk selamat,” tutup Doni.
Rangkaian acara itu ditutup dengan seminar dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada potensi ancaman bahaya gempa bumi di indonesia yang menghardirkan, Prof.Dorodjatun Kuntjoro Djati sebagai Keynotes Speaker dengan judul “Seminar Nasional Kebencanaan Membangun Infrastruktur Yang Berkelanjutan” di ruang Dr. Sutopo Purwo Nugroho. ***(mirza/rls)