Liputan Lintas Nasional

Tangkal Radikalisme dan Terorisme, Generasi Muda Diminta Tidak Dangkal Pemikiran

BULELENG – persbhayangkara.id BALI

Negara Indonesia adalah negara besar yang dibentengi oleh Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD ‘45 yang telah teruji sejak dikumandangkannya sumpah pemuda hingga diera milenial saat ini pun tetap diuji dengan munculnya istilah radikalisme dan terorisme.

Kedua istilah ini harus ditempatkan secara positive dan bukannya secara negative.

Berangkat dari hal ini, salah satu tokoh umat Islam Kabupaten Buleleng, Bali KH. Muhammad Maksum Amin dalam acara Forum Harmoni Buleleng dengan tema ‘Pemuda Islam Buleleng Rapatkan Barisan Tolak Radikalisme dan Terorisme’ pada Jumat (31/1) di Gedung Pasundan Singaraja Kabupaten Buleleng Bali secara tegas menyatakan bahwa banyak oknum generasi muda terpapar paham radikalisme.

Hal itu dimungkinkan lantaran ayat yang didapatkannya hanya sepotong- potong. Dalam artian, tidak mendapatkan makna yang sebenarnya secara utuh. “Hal inilah, yang menyebabkan aksi berpaham terorisme dan radikalisme itu muncul ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita yang kita cintai ini.” ucapnya secara tegas.”Paham-paham radikalisme belakangan ini disinyalir tersebar pada generasi muda. Malahan belakangan ini muncul isu raja dengan kerajaan baru.” ucap Maksum Amin menambahkan.

Lebih lanjut dikatakan kata radikalisme berasal dari kata radikal. Dalam artian disini, agar paham terhadap aliran yang radikal dalam politik. Selanjutnya paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial. Sikap ini dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan terorisme berasal dari kata teror.

Menurutnya terorisme menjurus kepada pelaku dalam artian seseorang atau kelompok yang mengganggu ketenangan orang lain.”Jadi, istilah-istilah inilah yang harus dipahami. Sehingga tidak menjadi momok yang menakutkan. Jangan sampai paham-paham seperti ini kerap kali dikaitkan dengan orang Islam. Sehingga Islam selalu di cap penganut paham radikalisme dan terorisme.” ucap KH. Muhammad Maksum Amin menegaskan.

Sejatinya, ujarnya lagi jika dirunut dari keberadaan radikal sejak awal adalah keinginan kuat tergantung yang memupuk dan membesarkan paham atau aliran tersebut. Artinya jika yang menumbuhkan dan memupuk memiliki sikap negative maupun watak buruk serta negative terhadap bangsa dan negara, maka akan timbul pertumbuhan radikal yang buruk pula. Demikian sebaliknya, jika tumbuh dan subur oleh orang yang memiliki pikiran positif, maka radikal juga akan positif.

Semisal keinginan para ilmuwan maupun para intelektual mengajak masyarakat berpikir mengenai bagaimana kemajuan bangsa dan negara. Sehingga dituangkan dalam lembaga pendidikan, elemen pendidikan dan pendidikan lainnya. Pemikiran positif inilah dikelola,” urai
KH. Muhammad Maksum Amin.”Modal awal untuk menangkal paham ini dengan merapatkan barisan, baik dari elemen pemuda, tokoh, dan organisasi lainnya. Selain itu modal besar adalah keberagamaan dan kebersamaan. Dari sana muali saling kenal mengenal satu sama lainnya hingga persatuan itu muncul.” ujarnya menambahkan.

Iapun menegaskan dalam hal kebhinekaan dijadikan modal untuk bersatu, saling menghargai dan hidup bertoleransi disetiap kehidupan.”Hal ini harus saling menyadari dalam berdemokrasi untuk memupuk dan merawat perbedaan. Misalnya usai pesta demokrasi.” jelasnya.

Dalam acara Forum Harmoni Buleleng, dirangkai dengan kegiatan PP Pergunu (Korwil IV Bali, NTB, NTT) Lewa Karma yang membuka acara Workshop sehari oleh PC. Pergunu Buleleng dengan menghadirkan nara sumber sekaligus motivator H. Aji Sugiarto, M. Kom. mengedukasi 80 orang guru NU di Buleleng, bertujuan sosialisasi smart card Pergunu dan bimbingan pembelajaran Efektif berbasis IT.”Harapannya dalam acara ini, menjadi momentum untuk menguatkan semangat dan peran guru NU yang dimulai dari Kabupaten Buleleng,” tukas KH. Muhammad Maksum Amin. (GS)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Populer dalam 30 hari

To Top