ENTIKONG – persbhayangkara.id KALIMANTAN BARAT
Langit senja menyambut hangat di perbatasan Entikong. Di tengah semarak Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Barat, hadir semangat yang tak biasa. Di antara deretan peserta yang antusias, tampak sosok Wawan Suwandi, Plt. Ketua PWI Kalbar, menyapa hangat lebih dari 80 peserta dari 14 kabupaten/kota.
“Semangat mereka luar biasa,” ungkap Wawan dengan mata berbinar. Namun di balik senyum optimis itu, ia tak menampik ada kegelisahan mendalam—jurnalisme Indonesia tengah menghadapi tantangan eksistensial yang kian kompleks.
- Industri Media di Titik Kritis: Efisiensi atau Eutanasia?
Industri media di Indonesia kini berada di persimpangan jalan. Redaksi makin sunyi, bukan oleh kekurangan berita, melainkan oleh minimnya pendapatan. Biaya operasional melonjak, iklan mengering, dan pembaca beralih ke konten gratis di dunia maya.
“Ini bukan sekadar krisis idealisme, tapi tentang siapa yang masih bisa bertahan,” ujar Wawan. Pemutusan hubungan kerja massal menjadi pemandangan biasa. Media cetak banyak yang tumbang, gaji jurnalis terpangkas, hingga liputan investigasi nyaris hilang dari lanskap jurnalistik.
- Disrupsi Digital: Antara Inovasi dan Sensasionalisme
Gelombang teknologi digital membawa harapan sekaligus ancaman. Di satu sisi, media bisa menjangkau audiens lebih luas dengan biaya lebih efisien. Di sisi lain, tekanan untuk mengejar klik membuat sebagian media terjebak pada konten dangkal dan clickbait.
“Media seharusnya menjadi mercusuar kebenaran, bukan sekadar alat pencari trafik,” tegas Wawan. Ketika kecepatan mengalahkan kedalaman, dan algoritma mengatur arah pemberitaan, maka esensi jurnalisme ikut terkikis.
- Kebebasan Pers: Retak di Tengah Kepentingan
Kebebasan pers, pilar penting demokrasi, kini berada di bawah bayang-bayang ancaman. Dari lapangan hingga ruang redaksi, jurnalis menghadapi risiko kekerasan, intimidasi, bahkan kriminalisasi.
Yang lebih mengkhawatirkan, tekanan ekonomi membuat media kian rentan terhadap intervensi pemodal. Narasi bisa dibeli, dan independensi menjadi barang mewah yang sulit dipertahankan.
- Kesejahteraan Jurnalis: Pahlawan Informasi yang Terlupakan
Di balik layar pemberitaan, para jurnalis bekerja tanpa kenal waktu. Namun upah tak sebanding dengan risiko dan beban kerja. Banyak jurnalis senior memilih pensiun dini, sementara generasi muda mulai menjauh karena profesi ini dinilai tak lagi menjanjikan.
“Bagaimana kami bisa menghasilkan berita berkualitas kalau hidup sendiri pun tak pasti?” keluh salah satu peserta OKK.
- Kepercayaan Publik: Dirusak Hoaks dan Politisasi
Masyarakat kini lebih kritis, namun juga mudah tersesat dalam arus hoaks dan informasi bias. Kepercayaan terhadap media konvensional terus menurun. Banyak yang menilai media tak lagi netral, bahkan dituding sebagai alat propaganda.
“Tanpa kepercayaan publik, jurnalisme akan mati perlahan,” kata Wawan dengan nada serius.
- Asa dari Entikong: OKK PWI Kalbar Menyalakan Harapan
Di tengah arus tantangan tersebut, OKK PWI Kalbar menjadi ruang untuk menyemai harapan baru. Salah satu peserta, Saeful, tak mampu menyembunyikan antusiasmenya.
“Ini luar biasa! Semoga kegiatan seperti ini terus dilakukan untuk membekali jurnalis muda,” ujarnya penuh semangat.
Direktur Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat, Aat Surya Safaat, turut hadir dan memberi motivasi mendalam.
“Menulis tak akan sampai pada kejayaan tanpa kerja keras, dan tak mencapai keagungan tanpa sopan santun. Tapi yakinlah, kita pasti bisa,” pesannya.
Baginya, menulis adalah bentuk ibadah. Setiap informasi yang disampaikan dengan jujur dan niat baik, adalah bentuk sedekah kepada masyarakat.
Jurnalisme Belum Mati, Ia Hanya Membutuhkan Napas Baru
Di tengah keterpurukan, masih ada media yang berjuang menjaga marwah jurnalistik. Masih ada jurnalis yang turun ke lapangan demi menyuarakan kebenaran. Dan masih ada pembaca yang percaya bahwa media adalah penerang, bukan pemecah.
Yang dibutuhkan saat ini adalah langkah konkret:
Tingkatkan kesejahteraan jurnalis
Tegakkan independensi redaksi
Tinggalkan clickbait, bangun konten berkualitas
Adaptasi digital dengan strategi berkelanjutan
Perkuat kolaborasi untuk inovasi dan keberlanjutan bisnis media
Jurnalisme Indonesia memang sedang diuji. Namun selama masih ada yang bersuara, jurnalisme belum mati. Ia hanya butuh ruang bernapas, untuk kembali tumbuh dan bersinar.
Industri media Indonesia tengah terpuruk akibat disrupsi digital dan tekanan ekonomi. Namun, melalui kegiatan OKK PWI Kalbar, semangat jurnalisme kembali berkobar.
Reporter: Imam Ghozali
