DELI SERDANG – persbhayangkara.id SUMATERA UTARA
Bencana boleh datang, banjir boleh melanda tempat tinggal maupun lahan pertanian kami, dan itu kami terima sepenuh hati, tapi kalau bencana / banjir itu disebabkan oleh ulah manusia/perusahaan demi kepentingan pribadi tanpa memikirkan masyarakat sekitarnya, dengan ini kami mengambil sikap tegas dengan tidak terima kenyataan ini, kami akan lawan mereka yang mengirim banjir kerumah maupun kelahan pertanian kami yang mengakibatkan kerusakan dan gagal panen di areal pertanian kami, ucap beberapa warga dusun IV, Desa Tanjung Baru, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara (16/02/2020).
Berawal pada (29/01/2020) tiba tiba diareal pertanian dan rumah Jemat Ginting warga Dusun IV, Desa Tanjung Baru tergenang air sampai hampir sepinggang manusia, hal ini menjadi tanda tanya, kenapa selama saya tinggal disini sekitar 60 tahun lebih tidak pernah banjir, dengan penasaran Jemat mencoba mencari tau dari mana sumber air yang begitu cepatnya bisa terjadi banjir.
Setelah ditelusuri (bukti dalam bentuk video) ternyata air datang dari balik tembok Kawasan Industri Domas , ternyata pihak Perusahaan membuat saluran air yang cukup lebar dan panjang, bahkan seperti anak sungai (tali air) bukan seperti parit, dan yang anehnya ujung saluran air terbut yang berbatas dengan tanah saya saluran itu buntu, begitu datang hujan yang cukup deras akhirnya air tersebut membludak menuju ke lahan kami, pungkas Jemat.
Penulis pada saat melakukan konfirmasi ada 4 orang warga yang hadir dilokasi pertanian mereka yang tanamannya berupa Cabai, Kacang tanah, Kacang panjang dan lainnya sudah bermatian membusuk karena terendam air yang cukup lama.
Kami sudah melaporkan hal ini serta penyebab banjir pada saat itu juga kepada Kepala Desa Tanjung Baru Heri Ginting tapi sampai sekarang (16/02) tidak ada tindaklanjutnya, baik mengenai tanaman kami yang hancur maupun perbaikan saluran agar bila hujan datang lagi banjir bisa teratasi.
Selanjutnya warga mengajak penulis ke lokasi Kawasan Industri Domba Mas yang disambut oleh kepala sekuriti Yusuf.
Menurut Yusuf bahwa lahan/tanah kosong yang puluhan Hektar milik perusahaan ini sebagian telah disewa oleh Acai warga turunan China dan ditanami pohon ubi kayu, jadi yang membuat saluran air buntu itu pihak penyewa, dan saya dilarang oleh Acai agar tidak boleh mencampuri urusan ini, karena sudah diserahkan segala kepengurusannya kepada Surya, ucap Yusuf.
Kita pertanyakan kepada Surya tentang perkataan Yusuf, dengan tegas Surya mengatakan tidak ada si Acai meminta saya untuk mengurus masalah warga yang terkena dampak saluran air buntu tersebut.
Kemudian bersama Yusuf, kami menuju lokasi pengorekan saluran air buntu tersebut (foto insert), dan ternyata saluran tersebut memang lebar serta panjang dan dalam. Menurut warga sekarang saluran tersebut menjadi tempat anak anak bermain dan mandi mandi, bagaimana kalau terjadi ada anak yang tenggelam hingga timbul korban jiwa, bagaimana Safety Hazardnya, siapa yang bertanggung jawab, pihak kawasan atau si penyewa.
Setelah adanya reaksi warga mendatangi Kawasan Industri yang telah berubah menjadi kawasan Pertanian, barulah pihak Kepala Desa pada hari Rabu (19/02/2020) sekitar pukul 15.00 WIB melakukan pertemuan di kantor Desa yang dihadiri oleh Bambang selaku perwakilan dari warga, Kepala Desa dan seorang perangkat desa, Babinsa, dan dari kawasan Domba Mas yakni Acai bersama istri serta seorang rekannya.
Dari hasil pertemuan di kantor Desa warga meminta agar Saluran Air Buntu tersebut ditembuskan ke saluran lain (parit), kemudian warga meminta ganti rugi tanaman yang sudah siap panen dengan nilai Rp.10.000.000,-
Pihak kawasan Domba Mas menyetujui poin pertama, namun untuk ganti rugi hanya bersedia mengganti bibit tanaman.
Terlalu, kata itulah yang terucap oleh Jemat Ginting, apa mereka (pihak kawasan) tidak berpikir bahwa berapa lama kami mengurus tanaman hingga mencapai mau panen, bagaimana kekecewaan kami, dan bagaimana dengan Nuraini (73) yang trauma akibat banjir, asal ada mendung saja dia sudah ketakutan, hingga kumat penyakit Asam Lambungnya dan dalam pikirannya banjir, banjir, banjir lagi.
Kami berharap pihak Kecamatan Tanjung Morawa mau memperhatikan nasib kami, dan kalau pihak kecamatan tidak perduli maka kami akan mengadukan nasib kami ke Bupati dan DPRD Tk II Deli Serdang, pungkas Jemat.(Erizal)
