Liputan Lintas Nasional

Transaksi Uang Elektronik di Jatim Naik 84,6 Persen

JAWA TIMUR – PERSBHAYANGKARA.ID

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, transaksi pembayaran non tunai menggunakan uang elektronik atau e-Money di Jawa Timur mengalami kenaikan signifikan. Dari data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, tahun 2021 tercatat kenaikan mencapai 84,6 persen.

“Di era pandemi saat ini, tren masyarakat Jawa Timur dalam transaksi pembayaran non tunai menggunakan uang elektronik mengalami peningkatan. Kenaikan transaksi tahun 2021 mencapai 84,6 persen di banding tahun 2020. Jumlah uang elektronik juga meningkat 66,4 persen di periode yang sama,” kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Kamis (10/2/2022).

Untuk total nilai transaksi uang elektronik di Jatim selama tahun 2021 tercatat sebesar Rp 39,5 triliun. Nilai transaksi itu diperoleh dari jumlah uang elektronik sebanyak 115.261.017 unit kartu e-Money warga Jawa Timur. Dengan jumlah penduduk Jawa Timur sekitar 40 juta jiwa, maka bisa diasumsikan per penduduk memiliki lebih dari 2 unit akun atau kartu e-Money sebagai alat pembayaran non tunai.

Capaian tahun 2021 tersebut meningkat dibandingkan tahun 2020. Sementara nilai total transaksi uang elektronik di 2020 atau sejak awal pandemi masih tercatat di angka Rp 21,39 triliun. Transaksi tersebut diperoleh dari jumlah uang elektronik sebanyak 69.241.575 unit kartu e-Money.

Dari 38 kab/kota di Jatim, terdapat delapan daerah yang nilai transaksi e-Money tahun 2021 di atas Rp 1 triliun. Tertinggi diraih Kota Surabaya dengan nominal transaksi yang fantastis sebesar Rp 10,46 triliun. Di urutan kedua, yakni Kab. Sidoarjo sebesar Rp 4,2 triliun dan ketiga Kota Malang sebesar Rp 2,57 triliun.

Posisi keempat, yakni Kab. Malang dengan nominal transaksi Rp 1,73 triliun, kelima Kab. Gresik Rp 1,66 triliun, dan keenam Kab. Jember Rp 1,41 triliun. Di posisi ketujuh adalah Kab. Pasuruan sebesar Rp 1,02 triliun dan kedelapan Kab. Jombang sebesar Rp 1 triliun.

“Masa pandemi ini membawa perubahan pola transaksi pembayaran, khususnya bagi masyarakat Jawa Timur. Yang dulu masih bayar tunai atau uang cash, sekarang sudah bayarnya banyak yang non tunai pakai barcode QRIS atau menggunakan kartu.

Perubahan pola ini karena masyarakat telah banyak yang memahami pembayaran non tunai ini juga untuk mengurangi kontak langsung sebagai bagian dari upaya menjaga protokol kesehatan,” ungkapnya.
Gubernur Khofifah berharap tingginya daya beli masyarakat menggunakan e-Money juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

Terutama bagi sektor UMKM yang kini banyak melakukan perdagangan elektronik (e-Commerce) dengan transaksi non tunai melalui banyak aplikasi market place.
Semoga tahun ini transaksi uang elektronik terus meningkat. Sehingga, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus tumbuh di tengah pandemi dan tahun 2022 ini kami sangat Optimis Jatim Bangkit,” pungkasnya. Sulton

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Populer dalam 30 hari

To Top