BATANGHARI – persbhayangkara.id JAMBI
Pepatah adat mengatakan, macam burung balam dengan katitir. Angguk samo tapi bunyinyo lain-lain. Tentu kito tidak menginginkan orang adat, atau pengurus adat di Batanghari macam iko,” ungkap Ketua Lembaga Adat Kabupaten Batanghari, Datuk H.Fathuddin Abdi, saat memberikan kata sambutan di helatan Halal bi Halal pengurus Lembaga Adat se Kabupaten Batanghari dengan Bupati Batanghari, Mhd Fadhil Arief, Senin (6/5/2024) di serambi rumah dinas Bupati Batanghari, Muara Bulian.
Pesan adat ini disampaikan Ketua Lembaga Adat Kabupaten Batanghari, Datuk H Fathudin Abdi kepada Datuk Adipati Cahayo Negeri selaku pemimpin di negeri Serentak Bak Regam Kabupaten Batanghari, sebagai permintaan maaf pengurus lembaga adat dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa/kelurahan di Kabupaten Batanghari kepada Bupati Batanghari, di hari baik dan bulan baik di bulan Syawal 1445 Hijriah.
Pada kesempatan silaturahmi Halal bi halal antara pengurus adat dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa dengan Bupati Batanghari, Fathuddin Abdi menyampaikan harapan tentang penguatan adat di Kabupaten Batanghari. “Ada harapan di masyarakat adat, agar menjadi rajo di negeri sendiri. Sebelum penjajah datang, adat sudah ada. Namun lain lubuk lain ikannyo ain belalang lain belalang yang disebut eco pakai. Berbeda dalam eco pakai, bukanlah kelemahan melainkan kekuatan. Adat itu ada di desa, di kampung-kampung bukan di kota. Namun hari ini sudah banyak ditemukan adat tidak lagi di pandang. Karena itu, para tetua lembaga adat, nampakkan tuah dengan menjadi suri tauladan, contoh bagi masyarakat. Jangan pakai celana pendek di depan umum, berunding sepanjang jalan,” papar Fathuddin Abdi.
Upaya mengangkat marwah lembaga adat di Kabupaten Batanghari, mendapatkan respon positif dari Datuk Adipati Cahayo Negeri. Saat memberikan kata sambutan di acara Halal bi Halal tersebut, Bupati Batanghari, Mhd Fadhil Arief memaparkan betapa kerasnya upaya Pemkab Batanghari dalam upaya meningkatkan peran lembaga adat di tengah masyarakat.
Mengapa seiring waktu orang sering mengabaikan adat? Karena kita tidak memiliki tekad yang sama untuk melestarikan adat. Kita tidak mengikuti petuah atau filosofi adat lagi, sebagai contoh seperti yang disampaikan Ketua Lembaga Adat tadi, jangan lamo tegak di laman. Ini tantangan kita semua. Nabi mengajarkan kita bahwa menjaga marwah adalah sesuatu yang sangat berat. Begitu banyak hal-hal pribadi yang tidak bisa secara merdeka kita wujudkan atas jabatan yang kita emban, karena kita sudah harus mendahulukan kepentingan orang banyak,” ungkap Bupati Batanghari bergelar Datuk Adipati Cahayo Negeri.
Sejumlah persoalan adat di Kabupaten Batanghari juga dibahas pada kesempatan itu, termasuk upaya Pemkab Batanghari untuk menaikkan insentif bagi pengurus adat. Akhir acara, seluruh pengurus lembaga adat sesuai wilayahnya berfoto bersama Bupati Batanghari dan Wakil Bupati Batanghari serta ketua Lembaga Adat.
(Hermanto)
