TRENGGALEK – persbhayangkara.id JAWA TIMUR
Pasca debat pilkada serentak susulan tahun 2020 yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Trenggalek, di salah satu stasiun televisi swasta nasional, yang berlokasi di Surabaya, Kamis (8/10/2020), menyisakan berbagai pro kontra pendapat di masyarakat Trenggalek, umumnya, dan masyarakat Bendungan, khususnya.
Saat dihubungi media online persbhayangkara. id melalui ponselnya, Ir. Alfan Rianto, M.Tech., mengatakan, statement bermula pertanyaan dalam amplop tertutup dari moderator yang kalimatnya bahwa Bendungan termasuk wilayah yang tertinggal.
“Saya ingin meningkatkan Sumber Daya Manusia Bendungan, maju. Dan itu dimulai dengan pembangunan sdm-nya yang unggul,” terang Pak Totok, panggilan akrab Ir. Alfan Rianto.
Selanjutnya ia menambahkan, justeru saya ingin mendorong Bendungan harus mengisi posisi-posisi strategis.
“Dalam pemerintahan kecamatan, tenaga kesehatan desa, dan tenaga pendidik atau guru dari putra-putri daerah Bendungan sendiri,” jelasnya.
Bendungan harus bangkit secara mandiri dan menuju sejahtera, lanjutnya.
Subadianto, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Trenggalek, dihubungi secara terpisah, menjelaskan, bahwa tenaga pendidik, tenaga kesehatan, bahkan camat pun akan dimaksimalkan dari Lokal, bukan dari datar yang ada di Kabupaten Trenggalek, Ahad (11/10/2020).
“Setelah saya berkomunikasi dengan Pak Totok, calon Bupati, bahwa yang disebutkan olehnya, adalah profesi atau pegawai bahkan sampai camat sementara ini diambilkan dari daerah ‘rendah’ atau datar,” ungkapnya.
“Gunakan hak pilihnya dalam pilbup ini. Coblos nomor 1, coblos brengose!,” jelas Kang Badi.
Keterangan Subadianto ini sekaligus menyanggah tulisan-tulisan di media terkait polemik kata ‘rendah’ yang disebutkan oleh calon Bupati Trenggalek, Ir. Alfan Rianto, M.Tech, atau akrab disapa Pak Totok. (Budi)
