KOTAWARINGIN BARAT – persbhayangkara.id KALTENG
7 Juni 2020, Hasil Rapid Tes yang dilakukan oleh pemerintah Kotawaringin Barat pada tanggal 6 Juni 2020 sudah mengeluarkan hasil pada tanggal 7 Juni 2020, diketahui dari 1.048 orang yang mengikuti tes di dua tempat berbeda yang dilaksanakan gugus tugas percepatan penanganan Covid 19 kalteng didapatkan hasil 16 orang reaktif.
Dari Tes massal yang dilakukan di dua tempat berbeda ini didapatkan hasil di pasar Indrasari ada 10 orang yang reaktif, dan di pasar kumai 6 orang yang reaktif, sehingga total hari pertama sebanyak 16 orang.
Namun Pro dan Kontra timbul di masyarakat mengingat bahwa Rapid Tes yang dilakukan adalah hanya sebagai penyaring awal, bukan berarti orang tersebut serta merta terinfeksi Covid 19, masih harus dilakukan Swab Tes lagi kepada orang yang reaktif untuk bisa mendapatkan hasil yang akurat.
Banyak penjelasan di media sosial yang beredar bahwa rapid tes tidak lah efektif dalam mendeteksi Virus Corona didalam tubuh seseorang,
seperti dilansir oleh Ahmad Utomo, pakar biologi molekuler dari Stem Cell and Cancer Institute dalam sebuah penjelasannya yang dirangkum Viva.com mengkritik pengandalan metode tes cepat itu yang ia nilai kurang efektif dalam membatasi penyebaran Covid-19.
Utomo menjelaskan bahwa tes itu merupakan metode yang sangat sederhana sehingga dapat menghasilkan “negatif palsu”. Ia menjelaskan bahwa kelemahan terletak pada masalah waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi antibodi.
Utomo mengatakan bahwa ‘rapid test’ kalah cepat dalam mencegah penularan virus.
“Rapid test ini sebetulnya hanya bisa mendeteksi antibodi. Cuma, antibodi ini munculnya kan terlambat, sementara virusnya sudah masuk duluan. Jadi kita kalau misalnya mau screening, menggunakan rapid test yang murah ini, itu ya sudah terlambat sebetulnya,” kata Utomo.
“Karena apa? Dia kan terdeteksinya kan mungkin bisa seminggu, 10 hari, bisa dua minggu setelah terpapar virus kan. Sementara orang ini dalam seminggu pertama udah ke mana-mana sambil bawa virus. Bahayanya di situ,” tambahnya.
Makanya sampai sekarang WHO belum jadikan rapid test sebagai alat ukur seseorang terpapar COVID-19. Masih memberikan prioritas kepada pemeriksaan Swab PCR test,” katanya.
Dilain sisi aladokter.com melansir Pemeriksaan rapid test tidak bisa memastikan ada tidaknya infeksi virus Corona dalam tubuh Anda. Jadi, terlepas dari hasil rapid test-nya, setiap orang tetap harus melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar dari virus ini.
Namun perlu diingat bahwa Rapid tes ini adalah suatu tindakan pencegahan dini yang di lakukan pemerintah untuk mengantisipasi dan menanggulangi penyebaran virus corona ini.
(Dian Arsandi)
