SURABAYA – persbhayangkara.id JAWA TIMUR
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menayampaikan bahwa upaya penanganan stunting harus dilakukan dari sejak masa remaja. Pada tahap itu, bisa dilakukan mulai dari pemberian tablet penambah darah untuk mencegah anemia, selanjutnya dilakukan intervensi gizi pada saat kehamilan, dan pada saat bayi lahir hingga balita.
Hal ini dikatakan gubernur saat menutup Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) oleh BKKBN di Surabaya, Rabu (2/3/2022).
Khofifah juga berharap bahwa Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai oleh Bappeda se-Jawa Timur bisa mengalirkan koordinasi ke semua Satuan Perangkat Daerah. Terutama pada saat ini sedang menyiapkan RKPD untuk 2023.
“Jadi jika penanganan stunting ini dialirkan ke RKPD 2023, pemetaan datanya update, kemudian intervensi programnya juga nendang, lalu support budgetnya cukup, sinergitasnya juga bagus, kalau Bahasa Bapak Kepala BKKBN itu Konvergensi di antara seluruh stakeholder, bersama-sama melakukan percepatan penurunan stunting,” terang Gubernur Khofifah.
Lebih lanjut dikatakannya, penanganan stunting ini melibatkan banyak satuan kerja atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD). “Saya mengusulkan kepada Kepala BKKBN, jikalau penurunan stunting ini dijadikan Program Prioritas Nasional, seperti arahan Bapak Presiden, maka TNI dan Polri menurut saya bagus kalau juga mendapatkan penugasan yang sama, karena kita membutuhkan di tingkat yang paling bawah, Babinsa, Babinkamtibmas Bersama Bidan Desa dan Lurah/Kepala Desa,” ujarnya.
Khofifah menyebutkan bahwa 4 Pilar itu akan menjadi bagian yang sangat penting untuk menyisir agar stunting di masing-masing Desa terpotret. Dengan demikian, upaya intervensi pemerintah juga akan lebih bagus.
“Jadi SDM yang berdaya saing dan SDM yang berkualitas memang harus disiapkan secara lebih komprehensif sistemik dengan pondasi yang kuat,” tuturnya.
Gili Iyang. Fenomena oksigen ini tidak ada di pulau lain, cuma ada di Gili Iyang, Sumenep, Jawa Timur,” tambah dia.
Khofifah menambahkan, jika keberadaan Gili Iyang semakin banyak diketahui publik, maka jumlah wisatawan yang datang pun akan semakin banyak. Dengan begitu, perekonomian masyarakat setempat pun dapat ikut terdongkrak.
“Kami harap potensi wisata ini makin berkembang dengan adanya Pelabuhan Dungkek yang sudah selesai pengerjaannya. Selain itu, ini juga sebagai pendorong bagi kebangkitan ekonomi di Sumenep, yang tentunya berdampak pada sektor lain utamanya pariwisata,” jelas Khofifah.
Di akhir, Khofifah menyampaikan bahwa komitmen peningkatan kualitas layanan wisata menjadi perhatian khusus bagi Pemprov Jatim. Selain Gili Iyang, potensi wisata di Sumenep yang tidak kalah menariknya yaitu Gili Labak, sekitar 30 menit dari Dungkek yang keindahannya tak kalah dengan kawasan Raja Ampat di Papua.
“Keindahannya bahkan dapat kita rasakan dengan melihat langsung ikan-ikan seperti nemo. Pesona Gili Iyang disini tidak kalah indah, apalagi saat ini wisatawan dimudahkan dengan menggunakan transportasi laut yang berangkat dari Pelabuhan Dungkek Sumenep Madura juga selain Pelabuhan Kalianget,” pungkasnya. Sulton
