BOJONEGORO – persbhayangkara.id JAWA TIMUR
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI LaNyalla Mahmud Mattalitti menggelar sosialisasi 4 pilar kebangsaan di Pondok Pesantren Al-Falah, Bojonegoro, asuhan KH Tajuddin. Lanyalla menyatakan bahwa Pancasila, sebagai salah satu pilar kebangsaan, tidak perlu dipertentangkan dengan Islam atau agama mana pun.
“Akhir-akhir ini kita memang menghadapi tantangan ideologi. Ada banyak diskusi di ruang publik yang mencoba memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa, lalu membangun narasi sebagai-olahraga Pancasila yang berjuang dengan Islam. Di sini saya tegaskan: tidak! ”Tegas LaNyalla.
Pancasila, sambung LaNyalla, adalah nilai-nilai yang digali oleh Bung Karno dan para pendukung bangsa dari kearifan khas Indonesia. “Pancasila telah mendukung sebagai ideologi negara. Ini bukan main-main. Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa, termasuk nilai dan aturan semua agama, ”papar senator asal Jawa Timur yang meraup lebih dari 2 juta suara warga pada Pemilu 2019 lalu itu.
Oleh karena itu, sebenarnya sudah tidak relevan lagi mempertentangkan Pancasila dengan Islam. “Ironisnya, saat ini masih ada saja kelompok tertentu yang mempermasalahkan dasar negara kita, dengan membangun narasi tentang Islam memiliki sistem pemerintahan sendiri tentang khilafah,” jelas LaNyalla.
Lanyalla mencontohkan, sila kedua dalam Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sangat berhubungan dengan akhlak manusia dalam bermasyarakat.
“Dan itu juga diatur dalam Islam, sebagaimana Rasul diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Agar manusia tak hanya mengikuti hawa nafsunya saja, tapi harus adil dan beradab. Itu tertulis di Surat An-Nisa ayat 135,” papar Lanyalla yang juga dikenal dengan sebutan “Mr Tahajjud Call” karena setiap dinihari tak pernah absen menghubungi semua kontak di smartphone-nya untuk mengajak salat malam.
Dia menambahkan, Pancasila juga relevan dengan Islam dalam berbagai sila-sila lainnya. Misalnya, sila ketiga Persatuan Indonesia. Sila tersebut menyampaikan pesan bahwa negeri ini terdiri atas beragam suku, budaya, dan agama; sehingga Indonesia adalah milik bersama, bukan milik golongan tertentu.
“Maka mari kesampingkan semua ego, mari bersatu untuk Indonesia. NKRI harga mati, Pancasila sudah final. Jangan dirongrong lagi dengan membahas yang monolitik. Bahkan dalam Surat Al-Hujarat ayat 14 meminta Allah membuat umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kita semua saling mengenal. Terkait diajak saling mendukung, bukan diajak berperang, ”jelas LaNyalla. (HS)